Ilmuwan di dunia kini tengah menunggu perkawinan Virus Flu Burung Tipe A yaitu Strain H5N1 dengan Tipe B yaitu Strain H3 dan H1. Virus baru itu akan menandai munculnya Pandemic Dunia Flu Burung. Virus strain baru itu diperkirakan akan muncul di Indonesia.
"Sebagian ilmuwan sudah meyakini akan muncul strain baru di Indonesia, oleh karena itu Amerika sangat berkepentingan melakukan kerjasama dengan Indonesia karena mereka ingin segera mengembangkan anti virusnya," kata Dr Ilham Patu Sp.BS, Dokter Ahli Bedah Syaraf dari Rumah Sakit Infeksi Sulianti Saroso hari ini.
Ilham yang berbicara pada Seminar Kewaspadaan dan Penanggulangan Flu Burung memperkirakan, strain baru akan lebih ganas. Karena, merupakan perpaduan strain yang mudah menyebar antar manusia dengan strain yang sangat mematikan.
"Jika saya terkena virus itu dan berbicara di ruangan ini, maka seluruh ruangan ini sudah terkontaminasi virus itu," katanya.
Beberapa hal yang mendasari hipotesis itu antara lain, pertama, jarak antara peternak satu dengan lainnya cukup berdekatan karena dalam jarak kurang dari 500 meter pasti akan ada peternakan, bahkan sudah menyatu dengan pemukiman.
Kedua, gaya hidup bangsa Indonesia yang kurang memperhatikan sanitasi lingkungan dan sanitasi di dalam rumahnya termasuk banyak rumah dengan ventilasi buruk.
Ketiga, kurang pahamnya masyarakat terhadap bahaya penyebaran flu burung. Sehingga, masih dianggap rugi untuk melakukan stamping out atau pemusnahan masal. Padahal di Irak yang sudah melakukan stamping out besar-besaran, namun masih tetap muncul 12 kasus flu burung dengan status confirmed.
Ilham mengingatkan, setiap Pemerintah Daerah untuk segera melakukan penyuluhan tentang cara beternak yang sehat serta melakukan kontrol ketat atas perdagangan unggas di daerah penularan. Mereka juga harus menseriusi setiap temuan adanya warga yang diduga terkena virus itu. Selain itu, juga tidak perlu ragu untuk melakukan stamping out.
"Stamping Out jangan ragu-ragu kalau memang sudah positif flu burung, jangan sampai hanya karena birokrasi akhirnya upaya itu tertunda," katanya.
"Sebagian ilmuwan sudah meyakini akan muncul strain baru di Indonesia, oleh karena itu Amerika sangat berkepentingan melakukan kerjasama dengan Indonesia karena mereka ingin segera mengembangkan anti virusnya," kata Dr Ilham Patu Sp.BS, Dokter Ahli Bedah Syaraf dari Rumah Sakit Infeksi Sulianti Saroso hari ini.
Ilham yang berbicara pada Seminar Kewaspadaan dan Penanggulangan Flu Burung memperkirakan, strain baru akan lebih ganas. Karena, merupakan perpaduan strain yang mudah menyebar antar manusia dengan strain yang sangat mematikan.
"Jika saya terkena virus itu dan berbicara di ruangan ini, maka seluruh ruangan ini sudah terkontaminasi virus itu," katanya.
Beberapa hal yang mendasari hipotesis itu antara lain, pertama, jarak antara peternak satu dengan lainnya cukup berdekatan karena dalam jarak kurang dari 500 meter pasti akan ada peternakan, bahkan sudah menyatu dengan pemukiman.
Kedua, gaya hidup bangsa Indonesia yang kurang memperhatikan sanitasi lingkungan dan sanitasi di dalam rumahnya termasuk banyak rumah dengan ventilasi buruk.
Ketiga, kurang pahamnya masyarakat terhadap bahaya penyebaran flu burung. Sehingga, masih dianggap rugi untuk melakukan stamping out atau pemusnahan masal. Padahal di Irak yang sudah melakukan stamping out besar-besaran, namun masih tetap muncul 12 kasus flu burung dengan status confirmed.
Ilham mengingatkan, setiap Pemerintah Daerah untuk segera melakukan penyuluhan tentang cara beternak yang sehat serta melakukan kontrol ketat atas perdagangan unggas di daerah penularan. Mereka juga harus menseriusi setiap temuan adanya warga yang diduga terkena virus itu. Selain itu, juga tidak perlu ragu untuk melakukan stamping out.
"Stamping Out jangan ragu-ragu kalau memang sudah positif flu burung, jangan sampai hanya karena birokrasi akhirnya upaya itu tertunda," katanya.

No comments:
Post a Comment